Mengenai asal-usul nama “Bandung”, dikemukakan berbagai pendapat. Sebagian mengatakan bahwa, kata ‘Bandung” dalam bahasa Sunda, identik dengan kata “banding” dalam bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabandeng (Sunda) berarti berdampingan atau berdekatan. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia (1996), bahwa kata “Bandung” berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan.

Pendapat lain mengatakan, bahwa kata “bandung” mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng adalah sebutan untuk genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi “Bandung”. Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa kata “Bandung” berasal dari kata “bendung”. Pendapat-pendapat tentang asal dan arti kata “Bandung” itu, rupanya berkaitan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu yang meletus pada masa holosen (± 6000 tahun yang lalu). Akibatnya, daerah antara Padalarang hingga Cicalengka (± 30 kilometer) dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang (± 50 kilometer) terendam air menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan “Danau Bandung” atau “Danau Bandung Purba”. Berdasarkan basil penelitian geologi, air “Danau Bandung” diperkirakan mulai surut pada masa neolitikum (± 8000 – 7000 s.M.). Proses surutnya air danau itu berlangsung secara bertahap dalam waktu berabad-abad.

Secara historis, kata atau nama “Bandung” mulai dikenal sejak di daerah bekas danau tersebut berdiri pemerintah Kabupaten Bandung (sekitar dekade ketiga abad ke-17). Dengan demikian, sebutan “Danau Bandung” terhadap danau besar itu pun terjadi setelah berdirinya Kabupaten Bandung.

Jampang




Bayi yang masih merah itu lahir dan menangis keras sekali. “Syukur anak pertamaku sudah lahir,” kata ayahnya dengan gembira. Setelah seminggu, anak itu ditimang-timang. Ibunya memperhatikan dengan khawatir.

“Selagi masih dalam kandungan saja sudah nakal, banyak geraknya di dalam perut. Setelah lahir demikian wujudnya. Ah, puas aku punya anak demikian sehat. Tetapi, aku tidak mau lagi punya anak. Cukup seorang ini saja, Bang. Legalah setelah dia lahir. Dia berteriak keras-keras pertanda apa, Bang?”

“Pertanda dia anak yang gagah berani.”

“Benar itu, Bang?”

“Anak keturunan Banten memang begitu.”

“Abang selalu mengandaikan asal Abang saja. Dia juga karena ibunya yang dari Jampang ini, daerah Sukabumi asli!”

“Sudahlah tak usah berdebat. Pokoknya dia sekarang jadi anak yang gagah.”

Atas persetujuan mereka, setelah berdebat ramai, bayi yang berumur seminggu itu diberi nama si Jampang. Bayi itu tumbuh menjadi seorang pemuda yang benar-benar gagah, ganteng, tidak memalukan silatnya, dan pandai memainkan golok. Di pesta-pesta keramaian selalu menjadi incaran mata para perawan. Setelah akil balig dia dinikahkan. Selanjutnya, si Jampang dengan keluarganya tinggai di Grogol, Depok.

Sayang, istrinya yang berasal dari Kebayoran Lama itu tidak berumur panjang. Sejak itu, Jampang hanya hidup dengan anak laki satu-satunya. Anak ini dikenal dengan nama Jampang muda. Dia tumbuh pula menjadi seorang anak muda yang tampan seperti ayahnya. Kadang-kadang saja dia pulang menemui ayahnya karena dia lebih senang tinggal di pesantren dengan kawan-kawannya.

Pada saat anaknya di rumah itulah ayahnya bercakap-cakap dengan kocak.

“Tong, kamu harus lebih baik dari ayahmu. Jadi orang yang terpandang dan dihormati. Ke mana-mana diundang untuk memberikan ceramah agama. Siapa yang bangga kalau bukan ayahmu ini?”

“Tapi ayah juga harus tidak bikin malu lagi. Yang alim, Yah, seperti biasanya orang-orang Banten. Masak kerja Ayah tiap hari merampok terus? Tidak bosan dikejar-kejar polisi? Di pesantren sudah dibicarakan orang terus. Meskipun tidak terus terang di telinga saya, tetapi darah saya mendidih. Bukan lantaran marah, tetapi malu sekali, Yah.”

“Kamu tidak perlu memberi nasihat kepada Ayah. Kamu masih anak kemarin, Tong. Sebenarnya kamu pulang punya maksud apa?” tanya ayahnya. Jampang muda hanya tersenyum, tidak berkata apa pun.

“Saya tidak mau mengaji lagi, Yah.”

“Payah, kamu Tong. Tadi memberi nasihat seperti kiai, sekarang tidak mau mengaji lagi. Kamu mau jadi apa? Mau jadi tukang pukul seperti ayahmu ini?”

Si Jampang muda menggelengkan kepala, “Pikiranmu cepat sekali berubah, Tong. Kamu tidak mau sekolah? Lalu? Kalau kamu tidak mau sekolah, lebih balk nikah saja.” Anaknya kaget.

“Saya tidak mau menikah, Yah. Lebih baik sekolah saja. Kalau Ayah mau menikah lagi saya tidak melarang.”

“Ha ha ha,” Jampang tertawa terbahak-bahak, “kalau kamu mau ibu lagi, nanti Ayah carikan.”

Jampang mempunyai seorang kawan di Tambun, bernama Sarba. Di rumah Sarba ini Jampang meneriakkan salam, “Assalamualaikum.”

“Alaikum salam,” jawab orang yang diberi salam dari dalam rumah. Ternyata yang muncul adalah Ciput, pembantu Pak Sarba.

“Pak Sarba ada?” tanya Jampang.

Ciput menjawab sedih, bahwa Pak Sarba sudah meninggal dunia.

“Kasihan, ya,” kata Jampang menyesal.

“Jadi, Mayangsari menjanda, Put?”

Ciput menganggukkan kepala.

“Kasihan,” kata Jampang sekali lagi, “tidak disangka.”

Jampang teringat Sarba. Sahabatnya ini orang balk. la mengenalnya sejak kanak-kanak, sama-sama dari Banten. Lalu, menikah ban punya anak bernama si
Abdih. Anak lelaki juga seumur Jampang muda. Tidak lama kemudian Mayangsari keluar dari kamarnya. Melihat sahabat suaminya datang, dia jadi sedih. Dia mengulang cerita tentang Sarba yang sudah lama meninggal dunia.

“Waktu itu Bang Sarba sakit apa Mayang, kok saya tidak diberitahu?”

“Ceritanya panjang sekali, Jampang. Ketika abangmu belum punya anak, kita berdua pernah pergi ke Gunung Kepuh Batu. Ziarah ke makam sambil memohon agar diberi anak. Juru kuncinya bernama Pak Samat, menerima kedatangan kita berdua. Pak Samat membaca doa dan mantra sambil membakar kemenyan hingga keluar setan dari makam itu.”

“Seram juga Mayang. Saya tidak tahan kalau sendirian di makam begitu seramnya.”

“Mengejek terus Jampang. Saya teruskan ceritanya. Abangmu bertanya kepada setan itu. Apakah saya bisa punya anak? Setan itu manggut-manggut. Bang Sarba senang sekali mendengar akan dapat anak lelaki. Lalu dia janji, kalau sudah lahir jabang bayi, dia akan bawa sepasang kerbau ke makam Gunung Kepuh Batu!”

“Selanjutnya bagaimana, Mayang?”
“Saya dan abangmu pulang. Beberapa bulan kemudian saya mengandung. Kemudian, lahir anak laki-laki, itulah si Abdih. Saat berumur lima betas tahun, dia ingin sekolah, Tetapi, abangmu bingung karena sulit hidup. Lalu, abangmu mengajak saya dan Abdih ke Betawi. Abangmu mau menenteramkan hati saya dan anak lelakinya. Di sini abangmu sakit, lalu meninggal. Menurut dukun iantaran dia lupa janjinya dulu.”

Jampang termangu-mangu.

“Orang kalau akan meninggal ada-ada saja caranya, Mayang. Seperti abang saya itu. Mengajak pergi ke Betawi, tiba-tiba pergi. Dia orang baik, Mayang.”

Jampang sedih. Lalu dia bertanya di mana si Abdih.

“Sekolah di Bandung,” kata Mayangsari.

“Mayang tidak perlu bingung memikirkan Abdib,” kata Jampang.

“Mang mungkin tidak bingung, Jampang. Sekolah di Bandung itu perlu biaya besar. Kan uangnya susah.”

“Anak sekolah di Bandung biar saja, jangan ikut dipikir,” kata Jampang lagi, “pokoknya nanti saya yang akan mengurus dia.”

“Kalau bukan saya yang mengurus siapa lagi, Jampang?” kata Mayangsari. “Makan dan pakaiannya, semua dari saya. Harta sudah babis, tak ada lagi yang tersisa.”

“Begini, Mayang” kata Jampang akbirnya, “Mayang sudah menjadi janda dan saya duda, lebih baik kita menikah, Klop. Mau apa lagi?”

Mayangsari kaget, lalu marah besar.

“Jangan bicara sembarangan. Jampang!” Mayangsari mulai marah. “Meskipun saya janda dan tidak punya suami lagi, tetapi tidak bisa sembarangan orang menghina. Kalau kamu ingin menikah, nikahlah, urus sendiri dirimu. Mau cari janda, perawan, atau banci, itu urusanmu, tetapi jangan dengan saya. Tidak akan pantas!”

Jampang malu sekali. Dia cepat keluar dari rumah itu. Di balaman depan dia melihat Mayangsari menutup pintu rapat-rapat, tanda kalau Jampang tidak bakal diterima lagi di rumahnya.

Di jalan, Jampang bertemu Ciput.

“Saya malu sekali, Put!” Jampang menceritakan sedikit pengalamannya dengan Mayangsari. “Padahal saya senang sekali dengan Mayang. Dia masih cantik. Bekas istri teman sendiri. Apa salahnya? Itu tandanya mengbormati kawan yang sudab almarhum, tetapi tiba-tiba dia marah besar. Kalau dia menikah dengan saya hartanya tidak akan pergi kemanamana. Setuju, Put’?”

Pembantu perempuan yang tidak pernah lepas dari Mayangsari itu dibujuk Jampang.

“Pokoknya nanti beres, Ciput,” janji Jampang. Tiba-tiba pintu rumab terbuka. Tampak Mayangsari makin marah.

“Ciput, masuk!” teriaknya.

Pembantunya menurut. Dia masuk rumab. Langsung ke biliknya di belakang.

Lalu, Mayangsari berteriak sambil melotot ke arah Jampang.

“Pergi, Jampang! Pergi!” Tetapi, Jampang masih tetap berdiri di tempatnya. Mayangsari makin berapi mendekati Jampang. “Jangan ikut campur masalab saya lagi, Jampang. Pergi kata saya!”

Belum sempat berkata apa-apa, Mayangsari sudah meninggalkan Jampang. Dia menutup pintu dan jendela-jendela rumab. Tidak peduli pada Jampang yang terpana.

“Sial sekali saya hari ini. Mayangsari, kamu akan menyerah. Kamu belum tabu siapa saya!”

Jampang berjalan lesu. Untuk mendapat kesenangan memang harus bekerja keras. Juga untuk mendapatkan perempuan secantik Mayangsari. Umur Mayangsari masih sekitar tiga puluh tahun. Jampang menuju rumah Sarpin, keponakannya, kebetulan ada di rumab.

“Saya perlu seorang dukun, Pin,” katanya kepada Sarpin.

Sarpin beran. “Buat apa, Mang?”

Jampang lalu menceritakan kembali pengalamannya dengan Mayangsari.

“Memang cinta sekali kalau begitu, Mang.”

“Jangan banyak bicara kamu,” tukas Jampang, “owl dukunnya!”

“Perkara dukun gampang, Mang. Saya tabu benar dukun yang manjur, Namanya Pak Dui dari kampung Gabus. Pintar sekali. Pokoknya orang yang diguna-guna pasti akan terkena. Setuju ke rumahnya, Paman?”

“Makin cepat makin bagus,” jawab Jampang.

Malam itu juga mereka pergi. Mereka berjalan membawa dua obor. Satu di tangan Jampang dan satu di tangan Sarpin. Pakaian mereka hitam-hitam. Golok terselip di pinggang. Di leher terkalung sarung sebagai penahan dingin udara malam. Mereka berjalan melewati pematang-pematang sawah dan menerobos kebun-kebun orang, serta melewati kuburan yang sepi. Obor mereka terus menyala. Sering obor itu ditunggingkan ke bawah, agar minyaknya turun ke api sebingga nyala api lebib besar. Akhirnya, sampailah mereka di rumah Pak Dul, dukun kampung Gabus yang terkenal.

“Saya minta guna-guna, Dukun, agar Mayangsari tergila-gila kepada saya,” kata Jampang terus terang tanpa malu-malu.

Jampang juga menyerahkan salam tempel ke tangan Pak Dul. Dengan gembira dukun memasukkan isi salam itu ke dalam kantong bajunya. Dia baca jampi-jampi. Mulutnya komat-kamit. Tidak lama kemudian Jampang diberi guna-guna. Sebelumnya, Jampang diberi tahu cara penggunaannya. Lalu, Jampang dan Sarpin pulang tergesa-gesa.

Pikiran Jampang selalu ke Mayangsari. Tidak peduli kaki sebelahnya terperosok ke dalam lumpur.

Mayangsari menggodanya, membawanya ke alam mimpi. Keponakannya repot karena jalannya jauh tertinggal di belakang. Guna-guna itu sudah diletakkan di rumab Mayangsari oleb Jampang. Begitu terkena, Mayangsari langsung gila. Dia sering tertawa-tawa. Berpakaian semaunya, tidak malu sama sekali, terutama kepada setiap lelaki yang lewat di depan rumahnya. Ketika Abdih pulang dari Bandung, kontan Mayangsari mencium dan memeluknya.

“Jampang! Jampang yang tampan!” Mayangsari merayu-rayu.

Abdih kaget serta sedih sekali melibat perubahan ibunya.

“Mari Jampang! Mari peluk lebib erat!”

Anaknya segera menyadarkan ibunya.

“Bu Bu! Sadar. Bu!”

Ciput pembantunya yang setia datang mendekat. “Kenapa Ibu sampai begini, Ciput?”

“Barangkali gara-gara Jampang,” kata Ciput, “dia pernah ke sini dan mengajak menikah ibumu, tapi ditolak. Dia bilang lebib baik gila daripada menikah dengan Jampang.”

“Jadi. Ibu langsung begini?”

Ciput mengangguk-angguk.

“Ibu seperti kena guna-guna,” kata Abdih, “yang mengguna-guna tentunya Mang Jampang. Sunggub bikin malu. Saya malu sekaii. Dukun mana yang bisa
menyembuhkan ibu, Ciput?”

Ciput belum pernah tahu soal guna-guna. Jadi, dia tidak bisa menjawab. Abdih bertanya ke sana kemari akhirnya dapat berita. Pak Du di kampung Gabus. Karena dukun itu sendiri yang buat, dengan tidak menemui kesulitan Ala pula yang mencabut guna-gunanya. Mayangsari seketika sembuh. Tidak ingat lagi kepada Jampang.

Sesudah itu Abdib mencari Jampang. Dia marah sekali.

“Bisa atau tidak bisa, saya barus menikab dengan Ibumu, Abdib,” kata Jampang menegaskan.

“Saya tidak melarang, Mang Jampang,” jawab Abdih yang ketakutan juga, “tetapi ada syaratnya, Mang barus menyerahkan sepasang kerbau sebagai emas kawinnya.”
“Saya tidak keberatan, Abdib. Saya akan usahakan.”

Abdib pulang menyampaikan kesanggupan Jampang kepada ibunya.

Dari mana dapat kerbau sepasang? Kerbau sepasang tidak gampang, pikir Jampang. Namun, dia segera ingat Haji Saud di Tambun. Dia kaya sekali. Sawahnya luas. Kerbau dua ekor belum apa-apa. Ke tempat itulah, Jampang dan Sarpin perqi merampok dengan mudah. Ketika dia dengan Sarpin akan ke luar dari pintu desa, sekawanan polisi sudah mengepung. Mereka menunjukkan laras-laras senapan ke arab Jampang dan Sarpin. Tertangkaplah Jampang. Jampang pun tidak bisa melakukan perlawanan.

Orang-orang kaya, tuan-tuan tanah, serta pejabat pemerintah jajahan merasa gembira melihat Jampang telab dipenjara. Sebaliknya, rakyat kecil, para petani, dan mereka yang menderita amat sedib. Jampang tidak sekadar merampok. Boleh dikata dia sebagai penolong rakyat kecil. Mereka sering mendapat pembagian hasil rampokan dari orang-orang kaya dan tuan-tuan tanah yang tamak. Rakyat kecil itu makin sedib ketika mendengar bahwa Jampang telab mendapat hukuman mati di Betawi.

Batu Golog

Oktober 29, 2008 pada 9:28 pm (Cerita Rakyat)

Pada jaman dahulu di daerah Padamara dekat Sungai Sawing di Nusa Tenggara Barat hiduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri bernama Inaq Lembain dan sang suami bernama Amaq Lembain

Mata pencaharian mereka adalah buruh tani. Setiap hari mereka berjalan kedesa desa menawarkan tenaganya untuk menumbuk padi.

Kalau Inaq Lembain menumbuk padi maka kedua anaknya menyertai pula. Pada suatu hari, ia sedang asyik menumbuk padi. Kedua anaknya ditaruhnya diatas sebuah batu ceper didekat tempat ia bekerja.

Anehnya, ketika Inaq mulai menumbuk, batu tempat mereka duduk makin lama makin menaik. Merasa seperti diangkat, maka anaknya yang sulung mulai memanggil ibunya: “Ibu batu ini makin tinggi.” Namun sayangnya Inaq Lembain sedang sibuk bekerja. Dijawabnya, “Anakku tunggulah sebentar, Ibu baru saja menumbuk.”

Begitulah yang terjadi secara berulang-ulang. Batu ceper itu makin lama makin meninggi hingga melebihi pohon kelapa. Kedua anak itu kemudian berteriak sejadi-jadinya. Namun, Inaq Lembain tetap sibuk menumbuk dan menampi beras. Suara anak-anak itu makin lama makin sayup. Akhirnya suara itu sudah tidak terdengar lagi.

Batu Goloq itu makin lama makin tinggi. Hingga membawa kedua anak itu mencapai awan. Mereka menangis sejadi-jadinya. Baru saat itu Inaq Lembain tersadar, bahwa kedua anaknya sudah tidak ada. Mereka dibawa naik oleh Batu Goloq.

Inaq Lembain menangis tersedu-sedu. Ia kemudian berdoa agar dapat mengambil anaknya. Syahdan doa itu terjawab. Ia diberi kekuatan gaib. dengan sabuknya ia akan dapat memenggal Batu Goloq itu. Ajaib, dengan menebaskan sabuknya batu itu terpenggal menjadi tiga bagian. Bagian pertama jatuh di suatu tempat yang kemudian diberi nama Desa Gembong olrh karena menyebabkan tanah di sana bergetar. Bagian ke dua jatuh di tempat yang diberi nama Dasan Batu oleh karena ada orang yang menyaksikan jatuhnya penggalan batu ini. Dan potongan terakhir jatuh di suatu tempat yang menimbulkan suara gemuruh. Sehingga tempat itu diberi nama Montong Teker.

Sedangkan kedua anak itu tidak jatuh ke bumi. Mereka telah berubah menjadi dua ekor burung. Anak sulung berubah menjadi burung Kekuwo dan adiknya berubah menjadi burung Kelik. Oleh karena keduanya berasal dari manusia maka kedua burung itu tidak mampu mengerami telurnya.

相手(あいて)にしないで!=jangan ladeni! jangan anggap!
*相手にしないで、無視(むし)していいから!=Jangan ladeni dia! Cuekin aja!
阿呆(あほう)=goblok, bodo
あんまり=kebangetan/keterlaluan
*あの人はあんまりじゃないか=Dia kebangetan bukan?
ありえない=mana/gak mungkin! mustahil!
あるがまま=apa adanya (ありのまま=seadanya)
いい加減(かげん)にして!=kira-kira aja! yang benar aja! (saat memperingatkan)
いい気味(きみ)だ=rasain lu! (ざま見ろ)
如何様(いかさま)やろう=pembohong/pembual
イケメン=cowok keren/cakep
イッキ飲み=minum sekaligus/menenggak
いちゃいちゃ=tindakan sejoli yang lengket/kasmaran (meluk,cium,dsj)
一夜漬け(いちやづけ)=SKS (Sistem Kebut Semalam)
田舎っぺ(いなかっぺ)=kampungan/dusun
うそつけえ=pembohong!
浮気(うわき)=selingkuh
うろうろ=keluyuran, mondar-mandir
エッチ(H)=berhubungan seks (変態なことをする)
エロイ=vulgar, erotis
援助交際(えんじょこうさい/エンコウ)=cewek bispak (biasanya anak SMA/ABG)
おかま=banci, bencong, bencis, wadam
お嬢さん(おじょうさん)=tuan putri (manja)
お転婆(おてんば)=tomboy
おふくろ=nyak,nyokap
お坊ちゃん=anak mami/papa (cowok)
おやじ=babeh, bokap
オヤジギャグ=guyonan,bodornya om-om
かっこいい=keren,saik
勘弁(かんべん)して!=ampun! tolong deh!
キモい=気持ち悪い(きもちわるい)
キモカワ=sebal tapi imut (気持ち悪い+可愛い)
逆玉(ぎゃくたま)=cowok matre
気取ってる=sok aksi, MPO, berlagak
気になる=jadi pikiran
気にしない=tak peduli, EGP (emang gue pikirin)
キレル=marah, naik pitam
くれだまし=nipu mau ngasih (makanan)
けち=pelit/kikir
ケバイ=tampang cewek yang mencolok
限界(げんかい)=mepet, nyerah (ngaku kalah)
こいつ=orang ini (そいつ、あいつ=orang itu)
交際(こうさい)=menjalin hubungan/cinta/kasih
告白(こくはく)=nyatain cinta
合コン(ごうこん)=pertemuan cari jodoh
このやろう=si goblok ini
子ギャル=ABG (Anak Baru Gede)
ゴム=kondom
ゴロツキ=bajingan
最高(さいこう)=hebat, enak, yahut, asyik, luar biasa
最低(さいてい)=brengsek, jelek, rendah
サボる=bolos, mangkir (sekolah, kerja)
獅子鼻(ししばな)=hidung pesek
舌足らず(したたらず)=cadel (tak bisa mengucapkan huruf R)
示談(じだん)=jalan damai (ngasih duit ke polisi saat ditilang)
知ったかぶり=sok tahu, belagu
★猫(ねこ)かぶり=pura-pura
★下ネタ=ngobrol ngeres/jorok
ねた(sumber/topik)
★守銭奴(しゅせんど)=mata duitan
守るmamoru(melindungi)→銭zeni(duit)→奴yatsu(orang)
★好きにしろ=terserah kamu →勝手(かって)にしろ;男ことば 
好きにする(dengan sesukanya) ~しろ(bentuk suruhan;lakukan!)
スケベイ=cabul, jorok, mata keranjang
すっからかん=abis,ludes,kantong kering (uang)
代返=tukang ngabsenin teman
ダサい=jelek, gak bagus (pandangan)
★玉の輿(たまのこし)=kalau di Indonesia disebut cewek matre, tapi di Jepang imejnya tak terlalu negatif.
玉の輿にのる (menikah/gaet cowok kaya) 玉tama→harta/たから、輿koshi=panggulan/mikoshi
★ちいちゃい=kecil 
Lebih lucu dari 「小さい」
★畜生(ちくしょう)=goblok! brengsek!
Kata umpatan ini kadang divariasikan (KONCHIKUSHO=こん→この、CHIKUSHOME=め→umpatan)
★ちび=si cebol/kecil
Ingat saja judul film kartun ちびまるこ (Maruko Kecil)
★超~(ちょう~)=~banget
Diambil dari kata 超える(こえる)=melewati
超(ちょう)イカス=keren banget
超(ちょう)ワル=jahat
ちょろい=sepele, kecil/gampang
徹夜(てつや)=begadang
デブ=gendut
デート=pacaran
でこぴん=dijentik, disintreuk (bhs. Sunda--biasanya telinga)
でっかい=gede
手持ち無沙汰(てもちぶさた)=ongkang-ongkang (gak ada kerjaan)
照れくさい=malu-malu kucing (pemalu)
同性(ドウセイ)=homo, gay
同棲(どうせい)=kumpul kebo (hidup bareng)
童貞(どうてい)=perjaka tingting (cherry boy)
とろい=bodoh, dungu, otak udang (telmi/telat mikir)
とんま=tolol, dungu
仲良い(なかよい)=baik (hubungan)
仲間はずれ(なかまはずれ)=keluar/tersingkir/terkucil dari kelompok
仲直り(なかなおり)=baikan (abis bertengkar/musuhan)
仲悪い(なかわるい)=buruk (hubungan)
なまいき=sombong
二度寝(にどね)=tidur lagi (saat bangun tapi masih ngantuk)
猫ばば(ねこばば)=korup (komisi) duit dengan wajah pura-pura tak tahu
のんき=cuek, acuh
のんべえ=peminum
のっぽ=si jangkung
バクバクする=deg-degan
恥ずかしがり屋(はずかしがりや)=pemalu
パッパラッパ=orang gila, sinting
一目ぼれ(ひとめぼれ)=pandangan pertama
暇人(ひまじん)=orang nganggur/leha-leha
ヒモ=cowok yang menggantung hidup pada cewek
微妙(びみょう)=apa saja yang tak pasti/jelas (cuaca, hasil, rasa)
★A:おなかすいたLapar?B:びみょう(gak jelas/antara lapar dan tidak) 
ふざけるな=yang bener aja! serius nih!
ブ男=cowok jelek
ブス=cewek jelek
ブスカワ=buruk rupa tapi imut
二股(ふたまた)=mendua
ぶっちゃけ=terus terang (bilang) ぶっちゃける
不妊(ふにん)=mandul
不倫(ふりん)=serong
不倫相手(ふりんあいて)=temen serong
不良青年(ふりょうせいねん)=anak brandal
プロポーズ=ngelamar (ngajak kawin)
へこむ=murung, muram, sedih, bete (BT/Bad Track) (ada masalah)
下手(へた)くそ=geblek, bodo, gak terampil/bisa
ぺちゃんこ=penyok, ringsek
ヘンタイ=jangak, tak senonoh, cunihin, homes
本気(ほんき)=serius, beneran, sungguhan
勃起(ぼっき)=konak, bangun
まじかよ(ほんまに)=bener nih?
まったく!=dasar!
万引き(まんびき)=mencuri, mengutil barang di toko
むかつく=muak, nyebelin
面倒(めんどう)くさい=males (Sunda:holoream)
猛勉強(もうべんきょう)=belajar gila-gilaan
★猛 berarti kasar, kuat, dahsyat 猛スピード(ngebut edan-edanan)
野獣(やじゅう)=si buruk rupa (the beast)
★美女と野獣(びじょとやじゅう)→Beauty and the Beast
やった!=asyik!
やばい=berabe, gawat
やりたい放題(ほうだい)=berbuat sepuas-puasnya
ヤンキー=sifat ugal-ugalan, anak muda baragajul/brandal
ラッパ飲み=menggogok dengan botol (cara minum)
レズ=lesbi
わいろ=sogok, suap



~Masa Kelam Monster Ekor 8 Bagi Kumogakure

motoi : pada saat itu tidak ada satupun host (jinchuuriki) yg mampu mengendalikan ekor 8.. bahkan raikage ke 3 dan pasukan elite.. lain selalu kewalahan utk mengendalikan ekor 8..

~tampak pd ilustrasi gambar, raikage ke 3 dan pasukan elite sedang berusaha mengendalikan ekor 8... seorang ninja yg rupanya adalah ayah motoi berusaha mengikat ekor 8 dengan rantai.. tp usahanya tdk berhasil.. ekor 8 berhasil menusukkan tanduknya ke arah ayah motoi tersebut.. tp akhirnya walaupun banyak korban raikage berhasil menyegel ekor 8 ke dalam sebuah guci..

motoi : untung saja walaupun banyak korban akhirnya mreka berhasil menyegel bijuu itu kembali... pertarungan antara ninja2 petir dengan ekor 8 menelan banyak korban... tp kami trus berusaha utk mencari cara agar bisa mengendalikan ekor 8 agar ekor 8 tak dikuasai oleh negara lain.. dan salah satu korban dari pertarungan itu ialah ayahku..

yamato : jadi..bee telah membunuh ayahmu..?

motoi : bukan.. bukan kau salah.. bee adalah temanku.. kami masih berusia 5 tahun pada saat ayahku meninggal.. host yg membunuh ayahku sudah meninggal saat ekor 8 keluar dari tubuhnya.. dan bee lah org yg terpilih menjadi percobaan host selanjutnya utk menggantikan host tersebut..

yamato : lalu kenapa kau ingin membunuh bee..?

motoi : waktu itu aku hanya percaya bahwa tidak akan ada satu org pun yang mampu mengendalikan kekuatan ekor 8.. siapa saja yg mencoba mengendalikannya pasti akan terbunuh.. kebencianku akan monster ekor 8 semakin menjadi-jadi... aku ingin membalas kematian ayahku.. aku mulai merencanakan membunuh bee yg telah menjadi host ekor 8.. tp dia selalu saja tersenyum.. aku tidak mampu membunuhnya.. setelah rencanaku utk membunuhnya gagal.. aku tdk mampu lg (malu) utk bicara dengan bee..

yamato : lalu kenapa kau sekarang berubah..? kau yg sekarang malah sangat menghormati bee..

motoi : sebenarnya kebencianku padanya tdk semudah itu menghilang.. aku trus menunggu saat dimana aku mampu membunuh bee.. tp.... bukan hanya aku yg ingin membunuh bee.. para penduduk desa ternyata jg membencinya krn ia bersama monster yg berbahaya dalam tubuhnya.. ia hidup dengan sulit semenjak saat itu.. bahkan dia mulai merasakan hidup yg lebih sulit daripada hidupku.. mungkin aku hanya mengatakan hal ini padamu naruto... karna kau mungkin mengerti perasaan bee sebagai seorang jinchuuriki (host)..

yamato : kau mau ke mana naruto...??

naruto : ...biarkan aku ingin menyendiri sebentar......

~naruto kemudian duduk merenung di sebuah tebing.. naruto teringat masa kecilnya.. saat itu dia dibenci penduduk konoha.. tp smua itu berubah semenjak dia berhasil mengalahkan pain.. naruto mulai dianggap pahlawan konoha.. hal itu jg terjadi pada gaara... sehingga penduduk desa tsunagakure sepenuhnya percaya pada gaara dan mengangkatnya menjadi kazekage...

naruto : seluruh penduduk desa sangat mempercayainya (gaara) makanya mreka memilih gaara menjadi kazekage...

naruto : aku masih blm yakin apakah konoha bisa mempercayaiku sama halnya seperti gaara..

~tiba2 terdengar suara jeritan.. motoi muncul dari air.. dia ditangkap oleh seekor gurita raksasa..

motoi : sialan..!!

naruto : tuan motoi..

yamato : naruto.. formasi c..ayo.. kau kenapa..?|

naruto : hentikan pria gurita...!! tuan motoi itu mempercayaimu..!!

yamato : itu bukan bee.. itu cumi2 raksasa, bodoh!! (_ _')

naruto : apa..?? (tampaknya naruto terbawa perenungannya dan mengira itu adalah bee yang sedang marah kpd motoi... pdhl bee adlh org yg baik hati dan murah senyum ^^)

yamato : dia khawatir denganmu makanya dia mencarimu tp di tengah jalan dia diserang oleh gurita itu

~yamato mengeluarkan jurus elemen kayunya.. naruto membentuk rasengan...

naruto : bertahanlah tuan motoi.. aku akan menolongmu..

~tiba2 killer bee datang dalam wujud bijuu ekor 8.. dia menyerang gurita yg menangkap motoi td..

yamato: bee..

naruto : pria gurita...!!

~bee berhasil menyelamatkan motoi

motoi : bee.. kau tau kan.. aku adalah org yg berkali kali mencoba membunuhmu.. tp kau masih......

bee : ngomong apa sih..?? jd yg melakukan itu kau ya.. ^^

~bee tersenyum, sambil mengacungkan kepalan tangan nya.. motoi mengeluarkan air mata dan langsung menyambut kepalan tangan bee

~rasa sayang dari bee membuat naruto tersenyum juga.. ^_^

bersambung minggu depan...


jngan luppa rame'in wall nyaa yya ,,

sallam naruto .. ^_^v

Zaman Jōmon


Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000 SM dengan adanya kebudayaan Jōmon yang bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpul semi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal bentuk awal dari pertanian, namun belum mengenal cara menenun kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, giok, sisir dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.[4] Boneka tanah liat yang disebut dogū juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-barang rumah tangga menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya sampai ke Okinawa[rujukan?]. Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshu yang disebut suku Ainu adalah keturunan orang zaman Jōmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama penghuni Jepang[rujukan?].
[sunting] Zaman Yayoi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Yayoi
Dōtaku dari zaman Yayoi, abad 3 M.

Zaman Yayoi berlangsung dari sekitar 400 SM atau 300 SM hingga 250 Masehi. Dari situs arkeologi kota Yayoi, distrik Bunkyō, Tokyo ditemukan artefak asal zaman yang kemudian disebut zaman Yayoi.

Pada awal zaman Yayoi, orang Yayoi sudah mulai dapat menenun, bertanam padi, mengenal perdukunan serta pembuatan perkakas dari besi dan perunggu yang dipelajari dari Korea atau Cina.[5] Sejumlah studi paleoetnobotani menunjukkan teknik menanam padi di sawah dan irigasi sudah dikenal sejak sekitar 8000 SM di Delta Sungai Yangtze dan menyebar ke Jepang sekitar 1000 SM.[6]

Dokumen tertulis yang pertama kali menyebut Jepang adalah Buku Han Akhir[7] asal 57 Masehi. Buku tersebut mengisahkan, "Di seberang lautan dari Distrik Lelang tinggal orang-orang Wa. Mereka ada lebih dari dari 100 suku, mereka sering datang dan membayar upeti." Catatan Sejarah Tiga Negara dari abad ke-3 mencantumkan negara yang terbentuk dari kumpulan 30 suku-suku kecil yang diperintah oleh dukun wanita bernama Himiko dari Yamataikoku.

Semasa Dinasti Han dan Dinasti Wei, pengelana Cina tiba di Kyushu dan mencatat tentang para penduduk yang tinggal di sana. Menurut para pengelana Cina, mereka adalah keturunan dari Paman Agung (Tàibó) dari negara Wu. Penduduk di sana juga menunjukkan ciri-ciri orang Wu pra-Cina yang mengenal tato, tradisi mencabut gigi, dan menggendong bayi. Buku Sanguo Zhi mencatat ciri-ciri fisik yang mirip dengan ciri-ciri fisik orang yang digambarkan dalam boneka haniwa. Laki-laki berambut panjang yang dikepang, tubuh dihiasi tato, dan perempuan mengenakan pakaian terusan berukuran besar.

Situs Yoshinogari adalah situs arkeologi terbesar untuk peninggalan orang zaman Yayoi yang mengungkap adanya permukiman di Kyushu yang sudah didiami orang secara terus menerus selama ratusan tahun. Hasil ekskavasi menunjukkan artefak tertua berasal dari sekitar 400 SM. Di antara artefak yang ditemukan terdapat perkakas besi dan perunggu, termasuk perkakas dari Korea dan Cina.[8][9][10] Dari barang-barang peninggalan diperkirakan orang zaman Yayoi sudah sering melakukan kontak dan berdagang dengan orang dari Daratan Cina.

BIODATA SULE



Nama Lengkap : Entis Sutisna
Nama Panggilan : Sule
TTL : -
Profesi : komedian
Pendidikan Terakhir : SMKI, STSI Bandung
Hobi : Melawak, Menyanyi
Kemampuan : Menguasai berbagai alat musik tradisional
Acara Komedi :

* Opera Van Java
* Awas Ada Sulee
* Big Show

BIOGRAPHY SULE OVJ
Entis Sutisna atau sering dipanggil dengan sule merupakan artis indonesia yang berprofesi sebagai komedian indonesia. Lewat kemenangannya di ajang pencari bakat komedian di TPI, melalui Grup lawak SOS lah akhirnya karir Sule Melambung. Sule pun berperan di berbagai acara komedian, seperti OVJ dan Awass ada sule.